Muhammad Hirza Dhiya Ul Haq, mahasiswa Teknik Lingkungan S-1 ITN Malang meraih 3 medali emas di ajang Olimpiade Pelajar Sains Indonesia (OPSI) 2024. (Foto: Aqil/Humas ITN Malang)


Malang, ITN.AC.ID – Muhammad Hirza Dhiya Ul Haq, mahasiswa Teknik Lingkungan S-1 Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) menorehkan prestasi membanggakan. Mahasiswa yang akrab disapa Hirza ini meraih 3 medali emas dengan predikat A+ di ajang Olimpiade Pelajar Sains Indonesia (OPSI) 2024. Hirza berlomba dalam bidang biologi, fisika, dan Bahasa Indonesia pada jenjang perguruan tinggi.

OPSI 2024 melombakan berbagai bidang pelajaran mulai jenjang SD, SMP, SMA, dan mahasiswa. Diselenggarakan secara online oleh Festival Olimpiade Sains Nasional (FOSNAS), dibawah naungan Yayasan Berlian Hati Mulia, di Sumatera Utara pada Minggu (04/08/2024).

Menurut Hirza, OPSI 2024 merupakan pengalaman dan prestasi perdana baginya semenjak masuk kuliah. Ia mengaku mengikuti OPSI untuk mengisi waktu senggang saat liburan semester. Mahasiswa asal Kepanjen Kabupaten Malang ini sebenarnya mengikuti 4 bidang dari 9 bidang yang dilombakan. Selain biologi, fisika, dan Bahasa Indonesia, Hirza juga mengikuti bidang matematika, namun sayangnya pada bidang tersebut ia belum beruntung.

“Jadi dari pada nganggur saya mencoba mengikuti olimpiade. Mencari-cari yang gratis dan apply disana. Alhamdulillah 3 bidang berhasil mendapatkan medali emas, namun untuk matematika belum beruntung,” katanya saat ditemui di Kampus 1 ITN Malang pada Kamis (15/08/2024).

Baca juga : Mahasiswa Teknik Lingkungan ITN Malang Ikut Bersih-Bersih Kali Mewek

Hirza menceritakan, pada tingkat mahasiswa perbidang rata-rata diikuti 300-an peserta dari seluruh Indonesia. Peserta diharuskan mengerjakan soal online lewat app puskanas dan didampingi zoom meeting. Setelah dijadwalkan, peserta login dan serempak mengerjakan soal dengan durasi waktu yang ditentukan.

Muhammad Hirza Dhiya Ul Haq, mahasiswa Teknik Lingkungan S-1 ITN Malang meraih 3 medali emas Olimpiade Pelajar Sains Indonesia (OPSI) 2024, bidang biologi, fisika, dan Bahasa Indonesia.

“Saya ikut di jam pertama untuk pelajaran biologi. Setelah biologi selesai otomatis langsung ke luar dan dilanjutkan mengerjakan bidang selanjutnya. Durasi perbidang beda-beda. Fisika durasinya lumayan lama dan menguras tenaga, 90 menit untuk 60 soal pilihan ganda. Yang paling sulit sih matematika, makanya tidak dapat (medali). Padahal lumayan yakin (bisa mengerjakan),” ungkap mahasiswa penerima beasiswa pendidikan dari pemerintah ini.

Hanya butuh waktu 4 hari bagi Hirza untuk belajar kisi-kisi materi sebelum lomba. Belajar materi biologi mendapat porsi lebih besar dari lainnya. Untuk fisika ia mereview materi, dan ketika lupa pada sebuah rumus ia akan menghafalkan konsep dari rumus tersebut. Menurutnya mengkonsep rumus lebih bisa dipahami daripada menghafalkan rumus. Sementara untuk Bahasa Indonesia hanya belajar sekilas saja, karena menurutnya Bahasa Indonesia bisa dinalar.

Ketertarikan Hirza pada perlombaan mata pelajaran sudah dipupuk sejak duduk di bangku sekolah. Namun sayangnya alumnus MAN 1 Kota Malang ini belum pernah lolos menjadi pemenang. Baru setelah mengikuti perlombaan di bangku kuliah ia mendapatkan 3 medali emas sekaligus dalam satu perlombaan.

Bagi Hirza, mengikuti olimpiade dapat menambah wawasan, dan belajar hal baru. Seperti saat ia menemukan soal tentang emoji yang biasa ditemui di pesan gawai. Lewat olimpiade ini ia juga bisa mengingat dan memunculkan kembali materi yang sempat terlupakan yang dulu pernah dipelajari.

Baca juga : Ide Kreasi, Mahasiswa ITN Malang Ubah Stik Es Krim Jadi Hiasan Bernilai Seni

“Harapannya prestasi ini kelak bisa menjadi salah satu surat pendamping ijazah. Bagaimanapun sebagai mahasiswa harus punya inisiatif dalam mengembangkan diri, baik lewat akademik maupun non akademik. Baik di kampus, maupun luar kampus,” pungkasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)